Halo. Apa kabar? Baik kan?
Oke, saya akan menulis catatan perjalanan saya selama di Surabaya, yah walaupun
tidak ada yang menarik sih, hahaha, tapi saya akan berusaha mencoba menulisnya.
Oke, entah mengapa saya
ingin sekali ke Surabaya, mungkin karena ingin menjemput atau lebih tepatnya
mengambil kenangan saya yang tertinggal di kota itu. Kenangan yang amat sangat
saya rasa penting. Hem, entahlah
kenangan apa itu dan walaupun saya tahu, tak akan saya tuliskan disini, hahaha.
Oke, mulai saja…….
Bus
Eka, Pukul 01.49 WIB
Sippp,
saya sedang dalam perjalanan ke kota pahlawan, Surabaya nih, yey! Tepatnya tanggal 30 Januari. Saya berangkat
pukul 00.00 WIB dari Terminal Giwangan. Saya berangkat menggunakan bis Eka yang
terkenal cepat tapi nyaman itu (walaupun
sedikit sih, hehehe). Saya berangkat tengah malam karena berharap sampai
Terminal Purabaya pagi. Sedikit info saja Yogyakarta-Surabaya menggunakan bis
dapat ditempuh dengan 8 jam perjalanan, jadi yah bisa dihitung sendiri lah
berangkat pukul berapa, sampai tujuan pukul berapa, hahaha.
Mari
flashback, hahaha. Sore hari saya masih di kantin kampus ngobrol ngalur-ngidul gak jelas dengan
kakak-kakak angkatan saya dari pukul 11.00 mungkin hingga pukul 16.00 mungkin. Maklumlah,
tidak melihat jam, hehehe. Dalam kondisi mengantuk berat karena dari hari
Rabu malam saya belum tidur, saya tetap bertahan dalam perbincangan sore hari
itu sembari menunggu langit berhenti mengirimkan air ke bumi. Mengobrol dengan
alumni yang ternyata satu alumnus SMP (SMP
5 brooo, hehehe), membuka kenangan masa lalu yang tak pernah habis-habisnya
itu membuat kantuk saya sedikit berkurang. Kami saling membagi kenangan tentang
SMP, guru, kelas, dan tetek-bengek lainnya. Lama juga kami mengobrol dan langit
sudah berhenti menumpahkan airnya, saya undur diri untuk pulang.
Sesampainya
dirumah, saya bukannya tidur, justru packing
dan bermain computer hingga pukul
23.00 WIB, hahaha, dan setelah itu
saya langsung kerumah kakak angkatan saya untuk memintanya mengantarakan saya
ke terminal. Yah, karena saya dirumah
sendiri, jadi tidak ada yang mengantarkan. Pukul 23.30 saya dan kakak angkatan
saya berangkat ke Terminal Giwangan. Dalam perjalanan, si kakak angkatan ini
bercerita kalau pernah dicolek perempuan daerah Terminal Giwangan. Yah, tau sendiri kan, utara terminal itu
tempat apa? Hahaha.
Oke,
singkat cerita saya sudah mencapai terminal dan dengan sangat kaget, kakak
angkatan saya menemani saya hingga bisnya berangkat! Saya tak menyangka dia
sebaik itu, hehehe (maaf broo). Kekagetan
saya tidak berakhir di situ saja, waktu naik bis dan hendak mencari tempat
duduk, saya melihat seseorang yang sedang tidur pulas meringkuk di kursi bis
yang ber-seat 2-2 itu sambil mendengkur pulas. Kursi penumpang itu dia buat
senyaman mungkin untuk menghilangkan kantuknya dengan kursi di depannya di
dorong ke depan dan kursi yang ia tempati di dorong ke belakang hingga mentok! Otomatis 3baris kursi tak dapat
ditempati dan saya enggan membangunkannya karena tidak enak hati. Namun karena
tempat duduk favorit saya (dekat jendela) hampir semua terisi penuh, saya
berani membangunkannya dengan beberapa menit berfikir. Dengan sedikit gerakan
membangunkan dan suara yang kecil (masak
iya tak pukul? haha) akhirnya dia bangun dan memarahi saya. Selang beberapa
detik, tahulah saya siapa itu, tak lain dan tak bukan adalah supir bisnya! Wow, tidak berkah ini mah.
“Mana mas?”, tanya
kernet bis dan membangunkan lamunan saya.
“Surabaya, nggak makan”, jawab saya sambil
menyodorkan uang selembar I Gusti Ngurah Rai, Oto Iskandar, dan Sultan Mahmud
Badaruddin II.
Sekedar
info saja ya, tarif yang dipasang untuk perjalanan Yogyakarta-Surabaya adalah
Rp 73.000 tanpa makan dan mungkin Rp 83.000 dengan makan (saya tidak tahu
pasti, karena saya tidak makan). Bila tidak ingin makan, anda harus berkata “tidak
makan” dan nanti akan dikenakan biaya Rp73.000 dan tidak dikasih tiket makan
dan konsekueinsinya anda akan bengong sangat penumpang lain makan. Bila tidak
berkata “tidak makan”, anda langsung dikenakan tarif sekitar Rp 83.000 tanpa
sang kernet bertanya dan otomatis anda dapat tiket makan. Dong kan?.
Ni nih tiketnya, hehehehe (maaf udah rusak) |
Setelah
beberapa detik sang kernet mencoret-coret tiket yang dipegangnya, tiket
tersebut diberikan ke saya. Oiya,
naik bis Eka juga diberi air mineral gelas lho. Hem, tak ada yang kejadian menarik lagi yang saya alami dan kursi
sebelah saya yang tadinya kosong sudah menjadi milik bokong seorang lelaki. Beuh, padahal saya berharap yang
menempati seorang wanita cantik! Hadeh, nasib dah. Mata saya mulai mengantuk
dan pada saat bis keluar Klaten mata ini tak mau diajak kerjasama dan saya
terpaksa mengakhiri tulisan saya sembari berharap bianya cepat masuk Ngawi.
Oke, sekian dulu dan
terima kasih. Night. Dadah J
1 comments:
bwkk.wkkk.wkk.. ngareep betuull...
Post a Comment