Halo, saya kemabli lagi!! Penasaran ya sama kelanjutan cerita perjalanan saya di surabaya?
Enggak kok dit, sotoy kamu tu.
Hehe, ya maap. Oke, kali ini saya akan berusaha menceritakan kelanjutannya. Mari disimak :)
Warung
pinggir jalan, Jl. A.Yani Pukul 15.28 WIB.
Jalan Ketintang Baru |
Hari
ini, hari Sabtu. Seperti biasa, saya bangun terlalu siang. Tahu sendiri kan,
jam biologis mahasiswa pasti berubah? Pukul 03.00 lebih baru bisa tidur. Jadi
begini lah, tak bisa merasakan hangatnya sinar mentari pagi. Bangun tidur, saya
tidak tahu harus berbuat apa, tapi yang jelas, isi perut meminta pergi.
Pukul
15.00 Wib, setelah puas bermain laptop, saya berencana jalan-jalan keluar
menikmati suasana Kota Surabaya. saya langsung mandi dan bersiap-siap tentunya
tak lupa meminta restu dari tante saya untuk jalan-jalan keluar lewat sms.
“Tante,
aku jalan-jalan keluar dulu ya”
Setelah
mengirim sms, saya keluar rumah dan ternyata, saya sudah tidak tahu arah! Wow! Bingung hendak pergi kemana. Saya
melangkahkan kaki keluar gang, setelah itu menengok ke kanan dan ke kiri. Saat
saya menengok ke arah kiri, dari kejauhan terlihat papan sebuah minimarket
dengan warna dominan putih dan biru. Langsung saja saya berjalan kearah papan
itu, ternyata lumayan jauh juga ya, hehe. Surabaya terasa panas dan gerah bagi
saya. Entah ini karena hawa kota ini memang panas atau karena saya terlalu lama
di kamar ber-AC.
ini mau kemana ya? Panas!
Itulah
yang saya pikirkan selama berjalan. Yah, awalnya sih saya mau ke Stasiun Gubeng
naik bis kota. Kenapa saya mau ke Stasiun Gubeng? Alasannya sih sederhana,
karena saya pulang ke Jogja naik kereta api sancaka sore, hehe (kelas eksekutif
brooo, K-1!). Maaf norak, baru pertama
kali naik kereta api kelas eksekutif nih, hehe. Selain itu, saya juga ingin
mencoba kalau naik bis kota dari Jl. A.Yani ke Stasiun Gubeng menempuh waktu berapa
menit. Sebenarnya, ada satu moda transportasi yang bisa mengantarkan saya ke
Stasiun Gubeng sih, yaitu taksi! Tapi
tahu kan? Mahalnya minta ampun! Dulu saya pernah naik taksi dari Terminal
Purabaya ke Bandara Juanda menghabiskan duit Rp. 50.000,-! Wow kan? Padahal jaraknya lumayan dekat sih kalau menurut saya. Selain ke Stasiun Gubeng, saya juga ingin
ke Stasiun Semut, yang katanya stasiun bersejarah di Kota Surabaya, tapi saya
belum terlalu mengenal kota ini, jadi saya urungkan niat saya.
Stasiun Gubeng sumber: http://surabaya.panduanwisata.com/ |
Sesampainya
di tempat papan itu berdiri (baca Indomart, hehe) ternyata baju saya sudah
basah oleh keringat! Haha. Tahu sendiri kan? Badan saya besar dan di tambah
hawa yang sangat panas, jadilah saya mandi keringat!. Di Indomart, saya membeli
sebotol air mineral, kopi botolan, dan juga rokok, hehe. Lagi-lagi, setelah
keluar dari Indomart (setelah membayar tentunya), saya tak tahu hendak kemana! Wowo great man!. Namun satu yang pasti,
saya harus ke Jl. A.Yani!. insting saya mengatakan, saya harus ke kanan, ke arah
utara, akhirnya, saya menyusuri jalanan sesakali menengok ke kanan, siapa tahu
ada jalan ke utara. Akhirnya saya melihat sebuah gang yang sepi dan sedikit
sejuk yang mengarah ke utara. Saya mengamati ujung gang itu, banyak kendara
lewat dengan kecepatan yang cepat.
Itu pasti Jl. A.Yani!
Kaki
saya langkahkan ke gang tersebut dan berjalan menyusuri gang tersebut. Tak ada
kehidupan! Sesakli mobil dan motor melintas. Saya melihat di pinggir gang
terdapat bapak-bapak berpakaian kumal mengharapkan kepingan rupiah. Kasihan sekali
bapak ini.
Bapak ini ngapain disini, gak ada
orang yang lewat dan sepi pula.
Saya
terus berjalan dan melihat ada sebuah rumah besar dan bagus di kiri gang. Terpampang
spanduk bertuliskan “Kos Eksekutif…….” Oh
man, kos aja eksekutif! Ternganga saya melihatnya, takjub, heran menjadi
satu. Melihat fasilitas yang ditawarkan, membuat iri saja. Mahasiswa macam apa
yang nge-kos disini? Bapak kaya
nih...
Akhirnya
saya sampai di ujung gang dan ternyata benar perkiraan saya, itu Jl. A.Yani,
jalan utama Kota Surabaya, jalan bsar dan rindang, mempunyai 3 lajur searah. Kiri
jalan terdapat pohon yang besar, selokan yang besar, dan gedung-gedung penting,
seperti kantor pemerintahan, rumah sakit, komplek TNI. Di tengah jalan tersebut
terdapat jajaran pohon yang besar, rapi dan rindang. Di kanan jalan lah yang
membuat saya tertarik, ada jalan kereta api/rel! wow!. Tak macam-macam, ini rel provinsi!. Rel yang menghubungkan
Kota Surabaya, Sidoarjo, Banyuwangi, Madiun, Solo, Jogjakarta, dan bahkan
Jakarta (bila lewat jalur selatan)!. Ini rel bukan rel abal-abal! Rel ini
menghubungkan kota-kota besar di Jawa Timur! Semua kereta lintas selatan yang
tujuannya Surabaya, pasti melewati rel ini!. Di kiri rel, terdapat jalan searah
dan gedung-gedung (lagi).
Jl. A.Yani sumber: Ian Antono dalam http://beingindonesian.com/ |
Jl. A.Yani dari Jalan Ketintang baru |
Hem,
karena masih tak tahu harus naik bis jurusan yang mana, akhirnya saya bertanya
kepada seorang penjual perlengkapan mengendara di pinggir jalan. Saya bertanya
menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan sesakali medok-nya keluar, hehe. Dengan pertanyaan
yang baik, benar, sopan, dan halus, saya berharap dijawab dengan sopan pula. Ternyata
dugaan saya salah! Si pedagang justru nyente
jawabannya! Bikin kesal aja nih orang! Pengen
dikamplengi nih orang! Niat hati ingin memukul si pedagang saya urungkan,
karena ada 2-3 orang temannya dan ini bukan kota saya, daripada saya dapat tabokan batu, mending senyum saja dan
berkata “terima kasih”. Karena jawaban yang saya dapatkan belum memuaskan,
akhirnya saya memutuskan untuk berjalan menyusuri Jl. A.Yani. dari kejauhan,
saya melihat pos polisi lalu lintas.
Wah, ada pos polisi nih, tanya ah,
sapa tau dapet pencerahan.
Segera
saja saya berjalan ke arah pos polisi tersebut. Tapi ternyata, para polisi di
pos polisi tersebut sedang sibuk menunaikan tugasnya. Mengatur lalu lintas dan
mencegat pengendara yang tak taat aturan, tak tanggung-tanggung, pengendara
mobil pun di cegat!.
Ini kenapa pengendara motornya
dicegat ya? Padahal pakai helm, spion 2, lampu nyala, gak ada kesalahan nih.
Saya
tidak berani bertanya, karena yah, tahu sendiri. Akhirnya saya mengetahui apa
kesalahan mereka dari tante saya. Kesalahan mereka karena tidak berjalan di
lajur yang semestinya. Lama juga saya menunggu polisi yang sedang “bebas”,
karena saya tidak ingin mengganggu pekerjaan para polisi tersebut. Sembari menunggu,
saya duduk di depan pos polisi sambil merokok dan melihat jalan berharap sewaktu-waktu
ada cewek cantik yang menghampiri saya dan mengajak berkenalan dan berniat
membantu saya mencari keluarga saya yang hilang dimakan kerasnya hidup, hehe. Keadaan saya waktu itu
menyedihkan, seperti orang hilang!. Setelah lama menunggu, akhirnya ada seorang
polisi yang keluar dari pos polisi (saya lupa menanyakan nama atau melihat
papan nama pak polisi tersebut) lengkap dengan atribut seragamnya serta masker
bertanya kepada saya dengan suara berat.
“Ada
apa mas?”.
“Hem, Pak, kalau mau ke Gubeng, naik bis
jurusan apa ya?”, tanya saya dengan penuh sopan santun.
“Naik
aja, nanti turun di TP. Mas tahu TP
kan?”.
“Gak tau pak”, jawab saya sambil
cengar-cengir.
“Gini
aja, nanti mas bilang ke kernetnya turun TP. Nanti mas nyebrang terus naik bis ke
arah Gubeng. Paham?”.
“Paham,
Pak!”, padahal sama sekali ndak
paham, hehe.
(Sebenarnya
masih banyak sekali percakapannya, percakapan konyol pun juga ada lho, tapi saya sudah capek menulis, hehe).
pinggir Jl. A.Yani |
KFC A.Yani |
Suasana Sore di pinggir jalan |
Yap,
akhirnya saya berusaha mencegat satu bis kota, namun tidak berhasil, karena
sang kernet tak memberi respon. Saya pun langsung menyerah! Shit! Tak ada perjuangan!. Akhirnya saya
memutuskan berjalan ke arah Jalan Ketintang dan berhenti di sebuah warung kopi
pinggir jalan dan memesan dua cangkir kopi
sachet secara bertahap sembari menikmati suasana sore hari di Kota Surabaya.
stelah puas, saya pulang ke rumah tante saya dan mencapai rumah pukul 16.25
WIB.
0 comments:
Post a Comment