Halo, selamat berjumpa,
kawan-kawanku, para mahasiswa. Sekarang kita bukan hanya sekedar siswa, namun
sekarang kita adalah Maha-siswa. Ya, siswa yang besar. Tanggung jawab dipundak
pun semakin besar. Bukan sekedar tanggung jawab kepada orang tua untuk
berprestasi di bidang akademis, namun juga tanggung jawab untuk membawa
masyarakat dan bangsa ke arah yang lebih baik. Sejatinya, kita ini adalah agent of change, social control, dan
calon pemimpin bangsa. Bukan hal yang luar biasa dan tidak perlu kaget, bila
masyarakat menggantungkan mimpi-mimpi mereka di pundak kita agar dapat
melakukan dan membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik.
Sejatinya, golongan
yang melakukan perubahan di waktu dulu adalah golongan muda. Marilah kita
tengok ke masa lalu, kita kenal siapa itu Soekarno, Moh. Hatta, Tan Malaka, dan
masih banyak lagi golongan muda yang membawa bangsa ini kea rah yang lebih
baik, dari dijajah hingga merdeka. Cita-cita mereka secara tak langsung ataupun
secara langsung diserahkan kepada kita, para mahasiswa dan pemuda-pemudi bangsa
ini untuk membawa bangsa ini kea rah yang lebih baik lagi.
Namun, marilah kita
lihat sekarang ini, banyak dari kita tak peduli lagi pada bangsa ini. kita
terlalu lebih memikirkan diri kita sendiri. Kuliah ya kuliah, sekolah ya
sekolah, cari ilmu, dapat nilai bagus, dan berprestasi. Terlihat dimana-mana,
apa yang kita lakukan hanya bersenang-senang, menghamburkan uang, dan hal-hal
serta sikap lainnya yang bersifat hedonism.
Oh, kemanakah cita-cita luhur pada zaman penjajahan dulu, hilang sudah tak
berbekas.
Kalaupun ada mahasiswa
yang menjadi aktivis, justru mementingkan kepentingan kelompoknya sendiri. Tak
segan-segan beradu otot dengan kelompok lain agar kepentingan yang dibawa
menang. Berdemo sana-sini dengan mengandalkan otot kuat dan otak kosong,
menantang para penguasa. Kadang, justru demo tersebut merugikan masyarakat dan
bangsa ini, banyak sekali contohnya. Saat para pedemo diajak berunding dan
berdiskusi dengan para penguasa, justru malah
melongo, diam seribu bahasa dangan muka tertuntuk dalam-dalam di depan para
penguasa. Malulah kita ini, sebuah kemunduran besar untuk bangsa ini.
Sah sah saja kita
menjadi aktivis, menjadi orang yang berprestasi di bidang akademis. Namun,
marilah, kita yang menjadi aktivitis, lakukan apa yang kita lakukan untuk dan
demi bangsa ini. gerakan yang kita lakukan haruslah dilakukan untuk kepentingan
bangsa ini agar bangsa ini lebih maju dan lebih baik lagi. Jangan justru
membawa kepentingan golongan. Bila membawa kepentingan golongan, sama saja
dengan para penguasa di negeri ini. mimpi-mimpi yang ditanamkan, perjuangan
yang dilakukan hanya seperti omong kosong belaka bila sudah membawa kepentingan
golongan. Hanya seperti mereka, para penguasa, bila boleh saya katakan.
Pemuda-pemudi yang
berprestasi di bidang kademis, gunakanlah otak ini untuk membawa bangsa ini
maju. Ide-ide yang kita tuangkan di berlembar-lembar kertas, marilah kita
jadikan kenyataan. Jangan hanya menjadi seonggok ide yang tak berguna dan
kumpulan mimpi belaka. Uang hasil menjuarai sebuah kejuaraan, uang Pembina yang
didapat, marilah digunakan untuk mewujudkan ide tersebut dan menjadi hal yang
berguna untuk bangsa ini. jangan justru digunakan untuk membeli HP, laptop, dan
barang-barang serta hal-hal yang yang memuaskan diri sendiri.
Marilah kita merangkul,
berjalan bersama dengan masyarakat agara bangsa ini maju dan kita bawa ke arah
yang lebih baik dan tanamkanlah dalam diri kita,
Ini kulakukan untuk bangsaku, Bangsa
Indonesia, karena aku adalah orang Indonesia dan akan kulakukan dengan cara
Indonesia!
Atas rumah, 29 Mei 2013
Cipta swastika
0 comments:
Post a Comment