BUKAN EUFORIA YUDISIUM

Leave a Comment
Akhirnya Yudisium
Sulit memang memecah kerumunan kendaraan di jalanan Kota Jogja pada saat jam sibuk. Harus memiliki kemampuan berkendara yang mengagumkan bila ingin cepat sampai ke tujuan saat jam – jam sibuk. Jalanan Kota Jogja sekarang ini sudah berubah amat sangat drastis. Saat aku masih ingusan, jalanan kota Jogja masih amat sangat lengang dan sekarang saat aku sudah brewokan, jalanan kota ini berubah menjadi kepulan asap kendaraan bermotor yang sangat pekat. Well, pagi itu aku ketiduran dan bangun pukul 09:19 WIB, padahal hari itu ada acara penting dalam hidup pada jam 10:00 WIB, yaitu yudisium. Bangun tidur dan tertegun lah aku saat melihat jam di dinding kamar yang cat sudah memudar dan sedetik kemudian ku hisap rokok lintingan dalam – dalam. Satu batang rokok habis sudah, langsung saja aku mandi seadanya dan memakai dress code acara wisuda, yaitu hitam putih dan berdasi hitam, semprot parfum sana – sini. Sempat kebingungan mencari smartphone kesayangan yang sudah butut, 15 menit kemudian ku pacu motorku menuju jalan raya yang sudah padat.

Salah Satu Kemacetan Di Jalan Solo Deket Amplaz
sumber: Google


Jarak dari rumah hingga kampus tercinta yang hanya 10 km dapat ditempuh selama setengah jam saat jam – jam sibuk, walaupun aku sudah mengeluarkan kemampuan berkendara yang hebat layaknya siput yang sedang berlari. Banyak panggilan masuk saat aku asyik meliak – liuk di tengah kepungan kendaraan bermotor. Mungkin teman – teman yang khawatir tentang keberadaanku, karena acara yudisium sebentar lagi akan di mulai. Ribuan panggilan tak ku hiraukan karena aku hanya fokus untuk secepatnya sampai kampus. Akhirnya kulewati sudah hutan kendaraan bermotor dan sepeda motor kesanyanganku, yang mungkin sudah ter – engah – engah, di parkiran kampus yang masih asri.
Berlari – lari lah aku di tangga menuju lantai tiga di sebuah gedung lama yang didirikan pada tahun 1950-an *mungkin, ini cuma kata dosen*. Dengan nafas tersengal – sengal sampailah aku di lantai tiga dan lorong di gedung itu kulewati dengan cepat, secepat kabar buruk menyebar. Dua menit kemudian, kudapati beberapa orang berbaju putih dan bercelana hitam sedang ber – asap ria dan bercanda di pojokan gedung. Senyum simpul mengembang di wajahku saat aku mendekati mereka dan langsung masuk ke ruangan 356, salah satu ruang kuliah yang besar di gedung lama dan dapat menampung 100-an mahasiswa.

Kampusku *gedungnya bagus kan? ada lift-nya juga lhooo *:))
sumber: twitter @TPHPUGM2014

Salah Satu Sudut Gedung Lama TP UGM

Lorong di Gedung Lama *eh, ada yang bening*
Memang negara kita terkenal akan jam karetnya. Dalam undangan, mahasiswa diharuskan hadir sebelum pukul 09:30 WIB untuk absensi dan acara yudisum akan dilaksanakan pada pukul 10:00 WIB, tapi pukul 10:15 WIB acara yudisum belum juga dimulai dan aku masih bisa melakukan absensi karena pada saat itu acara absensi masih belum selesai. Setengah jam kemudian, acara yudisium dimulai dan kami harus berjalan mengular menuju ruang 384 untuk dinyatakan sah bahwa kami sudah berhak menyandang gelar Sarjana Teknologi Pertanian. Di ruangan tersebut, 109 wisudawan berdiri sangat rapat sekali di hadapan dekan dan wakil dekan serta di lihat oleh beberapa dosen dari ketiga departemen yang ada di Fakultas Pertanian. Acara mungkin berlangsung selama satu jam lebih dan diisi dengan pemanggilan wisudawan, mahasiswa yang ber-predikat cumlaude dipanggil satu persatu, harapan dari dekan fakultas dan diakhiri dengan prosesi jabat tangan dengan staf pengajaran yang menghadiri acara tersebut. Entah kenapa saat itu, ruang 384 yang terkenal dingin berubah menjadi sangat panas.

Berfoto Ria Bersama Kawan - Kawan TIP 2011 *dikit kali yang lulus bulan Agustus. Yang Pada Belum Lulus, Jangan Cepet-cepet Lulus yaaaa :)))*
Finally, acara yudisium diakhiri dengan berfoto ria bersama di depan gedung rektorat UGM yang didesain oleh bapak proklamator Indonesia. Bayangan hujan lebat menakuti kami yang masih asyik berfoto ria karena langit sudah dipenuhi awan yang siap menumpahkan ribuan kubik air. Memang kita ini sangat senang berfoto ria, entah kenapa. Mungkin kita ingin menyombongkan diri di media sosial atas apa yang sudah kita capai atau dimana kita berada atau mungkin juga foto itu untuk dikenang di masa yang akan datang. Well, acara berfoto ria berlangsung selama dua jam hingga rintik – rintik air dari awan turun jatuh ke bumi. Banyak yang berfoto sendirian maupun bersama kawan – kawan se-departemen dan se-angkatan.

Gedung Rektorat UGM
Sumber: hukor.ugm.ac.id
Groupfie Bareng Adek Angkatan yang sok-sokan Lulus. Ada Juga Mahasiswa Bangkotan Angktan 2008, Bangkit Namanya, Yang Item Sebelahan Sama Anak Kacamata Yang Pegang Tongkat
Kusudahi acara foto – foto tersebut dan kembali ke kampus. Saat sedang menjelah gedung kampus dan berada di depan ruang dosen, tak sengaja berjumpa dengan ibuk dosen pembimbingku. Tak ulurkan tanganku untuk berjabat tangan dan mengucapkan kata “terima kasih” atas segala yang telah beliau berikan kepadaku selama ini. Dari beliau kuketahui bahwa dosen – dosen departemenku merasa kehilangan atas kelulusanku, karena mereka harus mencari sosok “Rahwana” atau “Buto” untuk tampil menari di acara – acara formal maupun informal.

Mejeng Sama Tante-Tante Cantik

Kawan Dari SD Sampe Kuliah. 17 Tahun Bersama. Orang Yang Sabar Yang Selalu Kupukuli Selama 17 Tahun *Mudafaakaa kau broo*

Atas tercapainya yudisum ini, aku mengucapkan banyak terima kasih kepada:
  1.   Pak Yanto, karena sudah memberikan informasi mengenai kuliah hingga membantu dalam seminar proposal, persiapan pendadaranku, serta berpura – pura tak melihat kecuranganku pada saat UTS dan UAS. Kami selalu ngopi dan ngerokok barsama di kantin maupun HMJ dan mengolok – olok aku untuk bimbingan skripsi saja dengan beliau, dijamin satu bulan pendadaran.
  2. Pak Sumarji, karena beliaulah aku dapat mengikuti UTS dan UAS. Setiap satu minggu sebelum UTS dan UAS *lebih ramai lagi kalo mau UAS*, aku dan kawan – kawan seangkatan serta tak luput kakak angkatan yang sudah pada bau tanah itu mendatangi kantor beliau yang berada di dapur untuk tujuan yang jelas. Memperbaiki absensi agar kehadiran kami bisa lebih dari 75%. Beliau mengizinkan kami untuk memperbaiki absensi kami selama makul yang ingin diperbaiki tidak diampu oleh salah satu dosen berkharisma dan killer di kampus kami, Pak Endy.
  3. Pak Kun, yang selama ini sudah membantuku dalam mengeluarkan nilai – nilai kuliah, memberikan informasi perkuliahan dan rela menge-print-kan transkip nilai saya secara gratis. Karena beliaulah nilai skripsi saya bisa keluar di saat – saat akhir dan rela lembur untuk memberikan kesempatan mahasiswa wisuda di saat – saat akhir mereka.


Pak Kun Itu Yang Pake Baju Batik Di Tengah-tengaah Yang Mukanya Sabar Dan Nrimo Banget!
Akhirnya, aku telah keluar dari ketidakjelasan sistem pendidikan di negara ini dan keluarlah aku dari penjara yang bernama “sekolah” setelah 17 tahun aku berada di dalamnya. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih dan welcome to the jungle, myself.

Selesai Sudah! I'm Out!

Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 comments: