Hai! Pemuda!

Leave a Comment

Halo, selamat berjumpa, kawan-kawanku, para mahasiswa. Sekarang kita bukan hanya sekedar siswa, namun sekarang kita adalah Maha-siswa. Ya, siswa yang besar. Tanggung jawab dipundak pun semakin besar. Bukan sekedar tanggung jawab kepada orang tua untuk berprestasi di bidang akademis, namun juga tanggung jawab untuk membawa masyarakat dan bangsa ke arah yang lebih baik. Sejatinya, kita ini adalah agent of change, social control, dan calon pemimpin bangsa. Bukan hal yang luar biasa dan tidak perlu kaget, bila masyarakat menggantungkan mimpi-mimpi mereka di pundak kita agar dapat melakukan dan membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik.
Sejatinya, golongan yang melakukan perubahan di waktu dulu adalah golongan muda. Marilah kita tengok ke masa lalu, kita kenal siapa itu Soekarno, Moh. Hatta, Tan Malaka, dan masih banyak lagi golongan muda yang membawa bangsa ini kea rah yang lebih baik, dari dijajah hingga merdeka. Cita-cita mereka secara tak langsung ataupun secara langsung diserahkan kepada kita, para mahasiswa dan pemuda-pemudi bangsa ini untuk membawa bangsa ini kea rah yang lebih baik lagi.
Namun, marilah kita lihat sekarang ini, banyak dari kita tak peduli lagi pada bangsa ini. kita terlalu lebih memikirkan diri kita sendiri. Kuliah ya kuliah, sekolah ya sekolah, cari ilmu, dapat nilai bagus, dan berprestasi. Terlihat dimana-mana, apa yang kita lakukan hanya bersenang-senang, menghamburkan uang, dan hal-hal serta sikap lainnya yang bersifat hedonism. Oh, kemanakah cita-cita luhur pada zaman penjajahan dulu, hilang sudah tak berbekas.
Kalaupun ada mahasiswa yang menjadi aktivis, justru mementingkan kepentingan kelompoknya sendiri. Tak segan-segan beradu otot dengan kelompok lain agar kepentingan yang dibawa menang. Berdemo sana-sini dengan mengandalkan otot kuat dan otak kosong, menantang para penguasa. Kadang, justru demo tersebut merugikan masyarakat dan bangsa ini, banyak sekali contohnya. Saat para pedemo diajak berunding dan berdiskusi dengan para penguasa, justru malah melongo, diam seribu bahasa dangan muka tertuntuk dalam-dalam di depan para penguasa. Malulah kita ini, sebuah kemunduran besar untuk bangsa ini.
Sah sah saja kita menjadi aktivis, menjadi orang yang berprestasi di bidang akademis. Namun, marilah, kita yang menjadi aktivitis, lakukan apa yang kita lakukan untuk dan demi bangsa ini. gerakan yang kita lakukan haruslah dilakukan untuk kepentingan bangsa ini agar bangsa ini lebih maju dan lebih baik lagi. Jangan justru membawa kepentingan golongan. Bila membawa kepentingan golongan, sama saja dengan para penguasa di negeri ini. mimpi-mimpi yang ditanamkan, perjuangan yang dilakukan hanya seperti omong kosong belaka bila sudah membawa kepentingan golongan. Hanya seperti mereka, para penguasa, bila boleh saya katakan.
Pemuda-pemudi yang berprestasi di bidang kademis, gunakanlah otak ini untuk membawa bangsa ini maju. Ide-ide yang kita tuangkan di berlembar-lembar kertas, marilah kita jadikan kenyataan. Jangan hanya menjadi seonggok ide yang tak berguna dan kumpulan mimpi belaka. Uang hasil menjuarai sebuah kejuaraan, uang Pembina yang didapat, marilah digunakan untuk mewujudkan ide tersebut dan menjadi hal yang berguna untuk bangsa ini. jangan justru digunakan untuk membeli HP, laptop, dan barang-barang serta hal-hal yang yang memuaskan diri sendiri.
Marilah kita merangkul, berjalan bersama dengan masyarakat agara bangsa ini maju dan kita bawa ke arah yang lebih baik dan tanamkanlah dalam diri kita,
Ini kulakukan untuk bangsaku, Bangsa Indonesia, karena aku adalah orang Indonesia dan akan kulakukan dengan cara Indonesia!


Atas rumah, 29 Mei 2013

Cipta swastika 
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 comments: